Latest News

Showing posts with label Doa Bapa Kami. Show all posts
Showing posts with label Doa Bapa Kami. Show all posts

Sunday, June 4, 2017

"Beri Kami Rejeki Hari Ini" (Mat 6:11)


"Beri Kami Rejeki Hari Ini" (Mat 6:11)

Ada sejumlah diskusi yang mengagumkan sepanjang sejarah Gereja tentang maksud kata-kata "rejeki hari ini." Santo Agustinus berkata bahwa yang dimaksud bukanlah rejeki fisik, sebagaimana Tuhan mengingatkan kita agar melawan kecenderungan hati kita tentang apa yang akan kita makan atau minum. Juga bukan rejeki sakramental Ekaristi - dengan alasan yang sederhana - tidak setiap orang dapat menghadiri Ekaristi setiap hari. Kesimpulannya:
"Maka kita harus menafsirkan "rejeki" ini sebagai makanan rohani, yaitu perintah ilahi yang kita renungkan dan kita laksanakan setiap hari. Seperti yang dikatakan Yesus, "Bekerjalah demi makanan yang tidak binasa. Dan makanan inilah sekarang disebut "hari ini" sepanjang hidup kita yang sementara ini berjalan dari hari ke hari (The Lord's Sermon on the Mount, Book 2,7)

TUHAN, PENUHILAH KEBUTUHAN KAMI



3. TUHAN, PENUHILAH KEBUTUHAN KAMI

Jawablah pertanyaan ini:
"Apakah doa Bapa Kami berarti dalam hidupku di dunia ini?"

Bagian kedua dari doa Bapa Kami yang menjadi pusat perhatian kita dalam tulisan ini memberi jawaban atas pertanyaan di atas dengan suatu jawaban "ya" yang mantap. Allah menghendaki agar doa kita menyentuh disposisi, tindakan, dan usaha membangun damai di tempat kita menghayati hidup. Doa memperkenalkan kuasa Allah dalam hidup kita setiap hari yaitu kuasa yang dapat "melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan' (Efesus 3:20). Ya, bila doa kita sampai ke hadirat Allah di surga, maka doa itu akan merupakan berkat karunia yang tak terukur nilainya bagi kita.
Ketika mendoakan bagian akhir doa Bapa Kami ini, kita akan melihat betapa sangat praktis doa ini. Setiap permohonan berkaitan dengan situasi hidup kita sehari-hari sebagai orang Katolik yang hidup di tengah-tengah masyarakat dunia yang nyata.
Ketika semakin dekat dengan Bapa, kita akan sadar bahwa Ia mendengarkan doa kita, menyatakan rencanaNya yang sempurna dan menunjukkan cintaNya yang agung kepada kita dalam segala situasi dan pencobaan yang kita hadapi setiap hari. Ia juga mengajarkan kepada kita sikap percaya, seperti seorang anak yang percaya pada BapaNya; maka Iapun ingin agar kita berdoa.
Rasul Yakobus memahami dengan baik prinsip ini, yaitu bahwa doa kita harus menyentuh hidup kita. Tentang hidup kita sehari-hari, ia mengingatkan para pembacanya:
"Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia seumpama seorang yang sedang mengamat-amatinya mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang cermin, ia sudah pergi atau segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa memahami hukum yang sempurna, yaitu hukum yang mendekatkan orang dengan Allah, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar atau melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yak 1:22-25)
Demikianlah kita diharapkan menghayati iman kita. Bila kita menjalankan langkah-langkah praktis seperti memaafkan, memohon pengampunan, memohon agar Ia mencukupi kebutuhan kita, memohon agar Ia melindungi kita dari yang jahat, kita akan mengalami iman kita sebagai sesuatu yang kita hayati dan praktekkan setiap hari. Tulisan ini akan menawarkan beberapa saran untuk menghayati iman anda. Kami mendukung anda untuk melaksanakannya sambil mendoakan doa Bapa Kami sambil berharao bahwa Allah bekerja dalam hidup anda.

"Jadilah KehendakMu, di atas bumi seperti di dalam Surga" (Matius 6:10)



"Jadilah KehendakMu, di atas bumi seperti di dalam Surga" (Matius 6:10)

Kalau hanya sepintas melihant permohonan ketiga ini, mungkin kita tidak

melihat pentingnya. Bila merenungkan betapa Yesus begitu terikat untuk

melakukan kehendak Bapa, kita akan menyadari bahwa terkabulnya

permohonan ini amat penting: baik untuk keselamatan kita maupun demi

pembangunan kerajaanNya di bumi ini. Yesus sendiri bersabda, "MakananKu

adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyempurnakan

karyaNya" (Yohanes 4:34). Ia juga berkata, "Barangsiapa melakukan

kehendak BapaKu di Surga ia adalah saudara-saudaraKu dan ibuKu" (Matius

12:50)
Uskup Agung Francois Fenelon (1651-1715) yang nasehat rohaninya

begitu dinilai berharga, menerangkan alasan pentingnya terikat pada

permohonan ini: "Tiada hal yang terpenuhi di bumi atau di Surga, kecuali atas

kehendak Allah, walaupun manusia tidak menginginkannya, karena memang

kehendak Allah tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka. Marilah

mencintai kehendakNya, dan hanya kehendakNya, dan kita akan membangun

suatu surga di dunia ini" (Spiritual Letters, 101).
Di Surga kehendak Allah dijalankan secara sempurna. Di Surga para

malaikat memandang Dia, para kudus menyembah Dia, agar kehendakNya

terlaksana dengan sempurna. Ketika kerajaan Allah ditegakkan di dunia ini,

satu akibat mendasar adalah bahwa kita menjadi manusia yang melakukan

kehendakNya. Allah ingin mengubah kita dari orang yang hatinya secara

alami terkait pada kehendak dan keinginan sendiri, menjadi anak-anak yang

memahami kehendakNya dan yang selalu ingin taat kepaedaNya. Kita

menjadi orang yang dikuasai oleh Roh Kudus untuk menjalankan

KehendakNya. Karya Allah dalam hidup kita, juga ketika kita menderita,

dimaksudkan agar kita mengenal kehendakNya dan menaatinya. Santo

Paulus berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi

berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan

manakah kehendakNya: apa yang baik, yang berkenan kepadaNya dan yang

sempurna" (Roma 12:2)
Inilah yang paling penting: kekristenan menuntun kita melakukan

kehendakNya. Malangnya dewasa ini yang begitu sering terjadi adalah bahwa

usaha untuk memenuhi kebutuhan pribadu dan keinginan cinta diri

menggantikan dorongan dalam hati anak-anak Allah untuk mengetahui dan

melakukan kehendakNya.
Yesus berkata, "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri;

Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu

adil, sebab Aku tidak menurutibkehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia

yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30). Yesus telah memberi sebuah contoh

bagaimana mematikan kehendak kita sendiri dan melakukan kehendak Bapa.

Namun, siapa yang lebih unggul dalam melakukan kehendak Allah selain

Yesus, Putra Allah? Berapa lama lagi kita para pendosa ini dapat memenuhi

apa yang diharapkan Bapa dari kita?

"Bapa di Surga, kami sangat berterimakasih atas kemurahan yang

telah Kaulimpahkan kepada kami anak-anakMu. Tolonglah kami supaya

jangan menganggap remeh kemurahan kami terima berkat wafat PuteraMu,

Yesus. Ajarilah kami agar semakin dekat denganMu. Buatlah hati kami rindu

akan kerajaanMu. Bentuklah kami agar menjadi anak-anak yang taat yang

hidup untuk melakukan kehendakMu."

"Datanglah KerajaanMu" (Matius 6:10).



"Datanglah KerajaanMu" (Matius 6:10).

Renungan kita tentang permohonan yang kedua dari doa Bapa Kami dimulai dengan menghadirkan inti bagian pertama doa; yakni kenyataan surgawi yang kita terima di bumi karena kita percaya kepada Yesus. Begitu sering kekristenan kita disempitkan pada hal-hal duniawi - kebutuhan - kebutuhan kita, persoalan-persoalan kita, bahkan pemecahan atas persoalan-persoalan kita. Kekristenan kita dimaksudkan untuk memberi perhatian utama kepada kenyataan surgawi, yang melampaui segala sesuatu, kepada Allah sendiri.
Surat kepada jemaat di Kolose mengatakan, "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah" (Kolose 3:1). Surat kepada Titus berbicara tentang tujuan semua orang beriman "supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan berdoa di dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:12-13). Permohonan kedua dari doa Bapa Kami mengungkapkan doa batin setiap pengikut Kristus yang berkembang ke arah kedewasaan penghayatan pribadi: bahwa Kerajaan Allah akan datang.
Doa Tuhan merenungkan dua segi kedatangan kerajaan: kedatangan kerajaan Allah di antara kita di dunia ini, dan penggenapan kerajaan Allah bila Kristus datang lagi dalam kemuliaan. Kerajaan Allah merupakan tema utama baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ada sejumlah kutipan Kitab Suci yang mengajarkan tentang kerajaan Allah itu. Renungkanlah ayat-ayat berikut ini, serta mohonlah kepada Allah untuk mengajari anda tentang permohonan kedua, "Datanglah KerajaanMu."

Kerajaan Allah Ada Di Antara Kita:
* "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu" (Luk 12:32)
* "Atas pertanyaan orang-orang Parisi, bilakah Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, 'Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat,  ia ada disini atau ia ada disana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada diantara kamu'" (Luk 17:20-21)
* "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia" (Roma 14:17)
* "Semoga engkau dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaanNya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang memberi kamu bagian apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam Kerajaan Allah. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih" (Kolose 1:11-13)

Penetapan Akhir Kerajaan Allah
* "Anak Manusia akan mengutus para malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya... Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka" (Matius 13:41,43).
* "Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya" (1 Korintus 15:24-25)
* "Karena itu saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Petrus 1:10-11)

"Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah namaMu," (Matius 6:9b)




"Bapa kami yang ada di Surga, dimuliakanlah 
namaMu," (Matius 6:9b)

Ketika merenungkan doa Bapa Kami, biarkanlah Allah mengajar anda kebenaran-kebenaran yang menakjubkan yang menggaris-bawahi firman Yesus ini. Bagian ini menawarkan renungan atas beberapa kebenaran yang terkandung di dalamnya. Kata pembukaan doa Bapa Kami sendiri mengundang kita untuk merenungkan beberapa kebenaran iman kita.
Semua orang yang percaya kepada Yesus telah diangkat menjadi putera-puteri Allah (Yohanes 1:12-13; 1 Yohanes 3:1). Dahulu kita asing dalam keluarga Allah, sekarang kita menjadi anggotanya, diangkat menjadi anak-anakNya, menjadi ahli waris semua yang telah dijanjikan Allah dalam Yesus (Galatia 3:26-29). Kita memiliki hak anak, sepantasnyalah kita bergembira dalam status 'ilahi' serta dalam keistimewaan panggilan Allah Bapa kita.
Sering terjadi inti keanggotaan dalam keluarga ilahi ini hilang dari kita. Dalam Kristus Yesus kita mempunyai tempat dalam rumah Bapa, "Seorang hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah" (Yohanes 8:35). Kata-kata Paulus menunjukkan jalan masuk menuju Allah. Renungkanlah kebebasan anak-anak memasuki rumah orang tuanya. Allah telah memberi kita hak yang sama melalui puteraNya. Camkanlah bagaimana anak-anak mendapat bagian harta, milik, dan rahmat orang tuanya sebagai hal yang biasa dialami dalam sebuah keluarga. Bilamana kita menyebutkan "Bapa Kami", hal yang serupa akan terjadi ketika Allah bersabda, "Semua yang Kumiliki adalah milikmu".
Keanggotaan di dalam sebuah keluargapun juga harus bertanggung-jawab. Banyak orang kudus mengingatkan bahwa orang yang mendoakan "Bapa Kami" mempunyai tanggung jawab yang besar untuk secara nyata hidup sebagai putera-puteri Allah. Santo Cyprianus dari Karthago menulis:
"Maka, saudara-saudari yang terkasih, kita harus ingat dan sadar bahwa bila kita memanggil Allah "Bapa", kita harus bertindak sebagai anak-anak Allah; sehingga setiap kali memandang Allah sebagai seorang Bapa, kita merasakan suatu kebahagiaan. Demikian juga Ia akan merasakan yang sama dalam diri kita (Treatise IV. On the Lord's Prayer, 11)
Dalam permohonan ini, kita berdoa supaya nama Allah dimuliakan. Kita mengakui bahwa namaNya pantas dikuduskan dan dihormati.
Bila kita mendoakan doa ini, kita mengakui kekudusan Allah yang Maha Tinggi, bahwa Ia pantas kita puji dan sembah, dan kuasa serta kemuliaanNya seutuhnya lebih sempurna dari segala ciptaan. Kita mohon supaya nama Allah dihormati juga oleh semua orang yang belum percaya padaNya.
Dengan berdoa seperti itu, kita mohon kepada Allah agar lebih banyak lagi orang yang percaya dan mengenal Allah secara lebih baik serta memuji dan memuliakan Allah. Santo Agustinus menulis:
"Permohonan ini tidak terlalu berarti bila mana Allah tidak kudus, tetapi manusia menganggapnya kudus, yaitu bahwa Allah menjadi begitu akrab dengan mereka sehingga mereka akan menganggap tiada yang lebih kudus daripada membela nama itu... Nama-Nya adalah agung karena keagungan kebesaranNya. Dan ini persis seperti apa yang sekarang ini berlangsung: Kabar Gembira diwartakan kepada bangsa-bangsa, bahkan dalam jaman kita ini, memuji nama satu Allah melalui karya PuteraNya." (The Lord's Sermon on the Mount, Book 2,5)

Tags