"Jadilah KehendakMu, di atas bumi seperti di dalam Surga" (Matius 6:10)
Kalau hanya sepintas melihant permohonan ketiga ini, mungkin kita tidak
melihat pentingnya. Bila merenungkan betapa Yesus begitu terikat untuk
melakukan kehendak Bapa, kita akan menyadari bahwa terkabulnya
permohonan ini amat penting: baik untuk keselamatan kita maupun demi
pembangunan kerajaanNya di bumi ini. Yesus sendiri bersabda, "MakananKu
adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyempurnakan
karyaNya" (Yohanes 4:34). Ia juga berkata, "Barangsiapa melakukan
kehendak BapaKu di Surga ia adalah saudara-saudaraKu dan ibuKu" (Matius
12:50)
Uskup Agung Francois Fenelon (1651-1715) yang nasehat rohaninya
begitu dinilai berharga, menerangkan alasan pentingnya terikat pada
permohonan ini: "Tiada hal yang terpenuhi di bumi atau di Surga, kecuali atas
kehendak Allah, walaupun manusia tidak menginginkannya, karena memang
kehendak Allah tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka. Marilah
mencintai kehendakNya, dan hanya kehendakNya, dan kita akan membangun
suatu surga di dunia ini" (Spiritual Letters, 101).
Di Surga kehendak Allah dijalankan secara sempurna. Di Surga para
malaikat memandang Dia, para kudus menyembah Dia, agar kehendakNya
terlaksana dengan sempurna. Ketika kerajaan Allah ditegakkan di dunia ini,
satu akibat mendasar adalah bahwa kita menjadi manusia yang melakukan
kehendakNya. Allah ingin mengubah kita dari orang yang hatinya secara
alami terkait pada kehendak dan keinginan sendiri, menjadi anak-anak yang
memahami kehendakNya dan yang selalu ingin taat kepaedaNya. Kita
menjadi orang yang dikuasai oleh Roh Kudus untuk menjalankan
KehendakNya. Karya Allah dalam hidup kita, juga ketika kita menderita,
dimaksudkan agar kita mengenal kehendakNya dan menaatinya. Santo
Paulus berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendakNya: apa yang baik, yang berkenan kepadaNya dan yang
sempurna" (Roma 12:2)
Inilah yang paling penting: kekristenan menuntun kita melakukan
kehendakNya. Malangnya dewasa ini yang begitu sering terjadi adalah bahwa
usaha untuk memenuhi kebutuhan pribadu dan keinginan cinta diri
menggantikan dorongan dalam hati anak-anak Allah untuk mengetahui dan
melakukan kehendakNya.
Yesus berkata, "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri;
Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu
adil, sebab Aku tidak menurutibkehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia
yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30). Yesus telah memberi sebuah contoh
bagaimana mematikan kehendak kita sendiri dan melakukan kehendak Bapa.
Namun, siapa yang lebih unggul dalam melakukan kehendak Allah selain
Yesus, Putra Allah? Berapa lama lagi kita para pendosa ini dapat memenuhi
apa yang diharapkan Bapa dari kita?
"Bapa di Surga, kami sangat berterimakasih atas kemurahan yang
telah Kaulimpahkan kepada kami anak-anakMu. Tolonglah kami supaya
jangan menganggap remeh kemurahan kami terima berkat wafat PuteraMu,
Yesus. Ajarilah kami agar semakin dekat denganMu. Buatlah hati kami rindu
akan kerajaanMu. Bentuklah kami agar menjadi anak-anak yang taat yang
hidup untuk melakukan kehendakMu."
Post a Comment