Latest News

Sunday, June 4, 2017

"Jadilah KehendakMu, di atas bumi seperti di dalam Surga" (Matius 6:10)



"Jadilah KehendakMu, di atas bumi seperti di dalam Surga" (Matius 6:10)

Kalau hanya sepintas melihant permohonan ketiga ini, mungkin kita tidak

melihat pentingnya. Bila merenungkan betapa Yesus begitu terikat untuk

melakukan kehendak Bapa, kita akan menyadari bahwa terkabulnya

permohonan ini amat penting: baik untuk keselamatan kita maupun demi

pembangunan kerajaanNya di bumi ini. Yesus sendiri bersabda, "MakananKu

adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyempurnakan

karyaNya" (Yohanes 4:34). Ia juga berkata, "Barangsiapa melakukan

kehendak BapaKu di Surga ia adalah saudara-saudaraKu dan ibuKu" (Matius

12:50)
Uskup Agung Francois Fenelon (1651-1715) yang nasehat rohaninya

begitu dinilai berharga, menerangkan alasan pentingnya terikat pada

permohonan ini: "Tiada hal yang terpenuhi di bumi atau di Surga, kecuali atas

kehendak Allah, walaupun manusia tidak menginginkannya, karena memang

kehendak Allah tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka. Marilah

mencintai kehendakNya, dan hanya kehendakNya, dan kita akan membangun

suatu surga di dunia ini" (Spiritual Letters, 101).
Di Surga kehendak Allah dijalankan secara sempurna. Di Surga para

malaikat memandang Dia, para kudus menyembah Dia, agar kehendakNya

terlaksana dengan sempurna. Ketika kerajaan Allah ditegakkan di dunia ini,

satu akibat mendasar adalah bahwa kita menjadi manusia yang melakukan

kehendakNya. Allah ingin mengubah kita dari orang yang hatinya secara

alami terkait pada kehendak dan keinginan sendiri, menjadi anak-anak yang

memahami kehendakNya dan yang selalu ingin taat kepaedaNya. Kita

menjadi orang yang dikuasai oleh Roh Kudus untuk menjalankan

KehendakNya. Karya Allah dalam hidup kita, juga ketika kita menderita,

dimaksudkan agar kita mengenal kehendakNya dan menaatinya. Santo

Paulus berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi

berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan

manakah kehendakNya: apa yang baik, yang berkenan kepadaNya dan yang

sempurna" (Roma 12:2)
Inilah yang paling penting: kekristenan menuntun kita melakukan

kehendakNya. Malangnya dewasa ini yang begitu sering terjadi adalah bahwa

usaha untuk memenuhi kebutuhan pribadu dan keinginan cinta diri

menggantikan dorongan dalam hati anak-anak Allah untuk mengetahui dan

melakukan kehendakNya.
Yesus berkata, "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri;

Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu

adil, sebab Aku tidak menurutibkehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia

yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30). Yesus telah memberi sebuah contoh

bagaimana mematikan kehendak kita sendiri dan melakukan kehendak Bapa.

Namun, siapa yang lebih unggul dalam melakukan kehendak Allah selain

Yesus, Putra Allah? Berapa lama lagi kita para pendosa ini dapat memenuhi

apa yang diharapkan Bapa dari kita?

"Bapa di Surga, kami sangat berterimakasih atas kemurahan yang

telah Kaulimpahkan kepada kami anak-anakMu. Tolonglah kami supaya

jangan menganggap remeh kemurahan kami terima berkat wafat PuteraMu,

Yesus. Ajarilah kami agar semakin dekat denganMu. Buatlah hati kami rindu

akan kerajaanMu. Bentuklah kami agar menjadi anak-anak yang taat yang

hidup untuk melakukan kehendakMu."

No comments:

Post a Comment

Tags